Sabtu, 21 Januari 2012

Jalan-jalan hemat ke Singapore :D

Dulu, orang Indonesia yang berbelanja di Singapura di-identik-kan dengan orang kaya. Belum afdol rasanya jika merasa kaya, tapi belum punya hobi bolak-balik ke Singapura, hanya untuk berbelanja. Lain dulu lain sekarang. Dulu, ongkos yang perlu dikeluarkan untuk ke Singapura memang mahal. Bayangkan saja, dua dekade yang lampau, di tahun 1990, ketika mulai ada penerbangan swasta nasional (Indonesia) yang melayani rute internasional Jakarta-Singapura, harga tiket pergi-pulang termurah yang bisa saya peroleh adalah 1 juta-an rupiah (lupa persisnya berapa). Itu pun dengan naik penerbangan milik maskapai penerbangan Sempati Air, yang telah lama almarhum sebelum sempat menikmati masa-masa booming penerbangan domestik di Indonesia belakangan ini. Jangan lupa, itu di awal dekade 90-an sebagai pembanding, harga sebuah mobil Toyota Kijang Super yang standar ketika itu adalah sekitar Rp 15 juta-an. Belum lagi biaya fiskal udara yang mesti dibayar, sebesar Rp 250.000 per orang (sekarang fiskal udara adalah Rp 1.000.000). Nah, sekarang, dengan booming penerbangan domestik yang terjadi di Indonesia, hukum ekonomi berjalan dengan baik. Dengan semakin banyaknya pilihan penerbangan, harga tiket pun ikut terkoreksi sesuai dengan harga pasar. Harga tidak lagi terlalu ditentukan sewenang-wenang. Karena calon penumpang sekarang punya banyak pilihan. Dari sekian banyak pilihan yang ada, sebagian besar orang tetap hanya mengetahui rute konvensional ke Singapura, yaitu dari Jakarta (bandara Cengkareng) naik pesawat langsung menuju Singapura (bandara Changi). Walau belakangan ini mulai banyak yang mengetahui jalur alternatif yang bisa lebih murah, yaitu melalui Batam, tapi tidak semua orang tahu. Bagaimana sih caranya jika kita ingin pergi ke Singapura lewat Batam? Aman kah? Bisa setiap saat? Bisa lebih murah? Jawabannya adalah YA. Ada banyak pilihan maskapai penerbangan domestik dari Jakarta yang menuju Batam. Harga tiket termurah adalah Rp 200.000 per sekali jalan. Tentunya diperlukan sedikit kesabaran dan juga keberuntungan untuk mendapatkan tiket ini. Yang pasti-pasti sih, normalnya sekitar Rp 250.000-275.000. Kalau mau lebih pasti untuk mendapatkan tiket paling murah, rumus sederhananya adalah hindari pergi/pulang pada waktu akhir pekan, apalagi long weekend. Jangan lupa, di bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta, anda mesti membayar airport tax sebesar Rp 30.000 (untuk penerbangan domestik). Bandingkan saja, untuk penerbangan internasional dari Cengkareng, airport tax yang mesti dibayar adalah Rp 100.000! Setibanya di bandara Hang Nadim, Batam, sebelum bertemu dengan tempat pengambilan bagasi dari pesawat, anda akan melihat ada sebuah konter penjualan tiket kapal cepat menuju Harbor Front, Singapore. Mampir lah ke situ. Mau tahu strategi saya? Pantau saja dari kejauhan terlebih dahulu. Kalau kira-kira ada orang lain yang akan menuju konter itu juga, dan dia sendirian atau berdua (pokoknya jika dijumlahkan dengan anda dan teman–jika pergi dengan teman/pasangan) tidak lebih dari 4 orang, segera lah mendekat. Untuk apa? Well, nanti saya sebutkan kenapa nya. Di konter ini, kita bisa membeli tiket kapal cepat tujuan Singapura tersebut seharga SGD 12 untuk sekali jalan, atau SGD 14 untuk tiket pergi-pulang. Harga ini hanya berlaku untuk orang Indonesia (jika anda tidak ber-paspor Indonesia, harganya lebih mahal lagi. Kalau tidak salah SGD 20 per sekali jalan). Boleh dibayar dengan rupiah. Ada 2 pilihan kapal cepat di sini, Batam Fast atau Penguin. Menurut saya, sama saja. Berangkat nya pun nyaris bersamaan. Hanya berselang sekitar 10 menit. Hampir setiap jam ada jadwal berangkatnya. Selanjutnya, dari bandara Hang Nadim, kita mesti naik taksi menuju pelabuhan. Ada 2 pilihan pelabuhan, Batam Center atau Sekupang. Terserah anda. Tiket ferry yang sudah anda beli valid di ke-dua tempat tersebut. Saya pribadi lebih memilih berangkat dari Batam Center. Lokasinya lebih dekat dari bandara. Memang, konsekuensinya sedikit lebih lama di laut. 60 menit. Sedang jika berangkat dari pelabuhan Sekupang, di laut hanya sekitar 45 menit. Masalahnya adalah, ongkos taksi jadi lebih mahal. Kelebihan lain dari pelabuhan Batam Center adalah bersebelahan dengan mall. Sehingga kalau masih ada waktu sebelum jadwal ferry berangkat, bisa lihat-lihat atau makan siang sebentar. Ongkos taksi di Batam terbilang mahal. Untuk jarak Bandara Hang Nadim ke Batam Center ongkosnya Rp 70.000. Ngga pakai tawar-tawaran. Dengan jarak seperti itu, dengan naik taksi yang berlogo burung warna biru di Jakarta itu paling hanya sekitar Rp 25.000! Nah, di sini-lah kesempatan untuk kembali berhemat. Semua orang Jakarta yang ke Singapura lewat Batam pasti karena ingin berhemat. Jadi, jangan segan atau malu menegur orang yang sama-sama hendak membeli tiket ferry di konter yang ada di bandara itu, untuk sekadar mengajak bareng naik taksi menuju pelabuhan! Selama ini saya ngga pernah punya pengalaman ditolak. Pasti mau! Paling top bisa ber-empat. Ongkos taksi ya dibagi 4 )Â Sebenarnya sih, dari waktu di dalam pesawat atau bahkan waktu mau check-in di Cengkareng, anda sudah bisa mencari teman sharing naik taksi di Batam. Coba sedikit lebih jeli, anda pasti bisa membedakan mana orang yang tujuannya memang hanya sampai Batam, mana yang mau terus ke Singapura. Gaya-nya lain Tiba di pelabuhan Batam Center, anda mesti check-in di konter perusahaan ferry yang anda pilih (Batam Fast atau Penguin. Oh iya, di sini juga ada pilihan lain selain yang dua ini, yaitu Wave Master). Pilih jam yang anda inginkan. Check-in ditutup 15 menit sebelum jam keberangkatan. Di sini anda mesti bayar seaport tax sebesar SGD 3 (seperti airport tax kalau di bandara lah). Setelah itu, jangan lupa membayar fiskal laut di loket pembayaran fiskal. Biayanya hanya Rp 500.000 (bandingkan dengan fiskal udara dari Cengkareng, tarifnya Rp 1 juta!). Saya termasuk orang yang beruntung karena paspor saya keluaran kantor imigrasi di Lampung. Saya bebas fiskal jika berangkat dari pelabuhan/bandara mana pun di Sumatera. Begitu juga pemegang paspor Sumatera lainnya. Segera masuk ke ruang tunggu, jangan sampai terlambat, jika memang anda memilih jam keberangkatan terdekat. Tunggu sampai ada panggilan untuk naik ke kapal. Nikmati-lah perjalanan di lautnya. Kapalnya lumayan bagus dan bersih kok. Perjalanan 60 menit tidak terasa. Sebentar saja sudah tiba di Harbor Front di Singapura. Satu hal yang mesti diingat oleh para perokok, Singapura menerapkan no duty free untuk rokok. Dengan kata lain, berapa pun jumlah rokok yang anda bawa, sedikit atau banyak, akan dikenai cukai. Susah buat yang rokoknya kretek produksi dalam negeri. Harganya di negara singa ini bisa berkali-kali lipat. Tujuannya jelas, supaya orang tidak merokok. Tapi kalau mau lolos sepertinya gampang saja, kalau anda bawa beberapa bungkus, jangan ditaruh bertumpuk jadi satu. Sebar saja di beberapa tempat atau bahkan beberapa tas. Dari Harbor Front, tinggal tentukan tujuan mau menginap di mana. Saya cenderung menghindari booking terlebih dahulu. Ada banyak pilihan tempat menginap di Singapura. Dari yang kelas backpacker –yang hanya sewa ranjang, sekamar bisa 10-16 orang–sampai hotel berbintang 5. Karena tema yang saya angkat di tulisan ini adalah cara murah ke Singapura, tentu kita tidak berminat membahas penginapan yang bintang 4 ke atas. Jika anda sendirian, mungkin menarik untuk coba tinggal di penginapan backpacker. Saya pernah coba di daerah Bugis. Kalau mau cari, silahkan saja naik MRT menuju stasiun Bugis. Saya lupa nama gedungnya. Yang jelas, penandanya adalah Burger King ada di salah satu sisi dari gedung tersebut. Burger King dan penginapan backpacker ini ada pada sisi L. Penginapannya terletak di lantai 3. Anda hanya perlu membayar sebesar SGD 20 per orang untuk kamar yang berisi ranjang tingkat sebanyak 8 buah (jadi kalau full bisa 16 orang). Kamarnya ber-AC. Waktu itu di kamar saya ada beberapa bule cewek dan cowok, ada Jepang dan juga India. Semua friendly. Ciri khas para backpacker. Alternatif lain ada di daerah Little India. Di sana saya malah melihat ada beberapa pilihan penginapan backpacker, yang jika dilihat dari luar sih sepertinya lebih bagus daripada yang pernah saya coba di daerah Bugis. Dibanding dengan alternatif lain, sebenarnya pilihan ini menarik. Biasanya penginapan backpacker menyediakan beberapa mesin cuci pakaian yang bisa dioperasikan dengan memasukkan uang koin. Selain itu, juga ada yang menyediakan 1-2 PC untuk akses ke Internet dengan sistem pre-paid voucher –dengar-dengar yang di daerah Little India bisa akses Internet gratisan, malah menyediakan wi-fi hotspot juga. Ada ruang TV dengan aneka bacaan/novel yang biasanya merupakan warisan dari turis yang pernah menginap di situ. Breakfast pun disediakan, walau self-service. Ada roti dan mie instan. Juga teh, kopi dan susu. Selesai makan, bersihkan kembali semua peralatan yang anda pakai. Konon ada penginapan backpacker yang dengan kasar meminta tamunya untuk mencuci kembali peralatan makan yang telah pakai; dengan menempel tulisan yang kira-kira berbunyi “Don’t forget to clean up. Your mother doesn’t work here!” Untungnya itu di Eropa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar